You are currently viewing Apitan sebagai Tradisi Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Demak

Apitan sebagai Tradisi Sedekah Bumi Bagi Masyarakat Demak

Demak- Kearifan budaya lokal yang ada di Demak begitu beragam dan sudah menjadi tradisi yang unik dan terus dilestarikan,  Kabupaten Demak memiliki tadisi budaya syawalan atau sedekah laut untuk daerah pesisir yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran Idul fitri. Sedekah bumi yang dilaksanakan setiap bulan apit dan dilaksanakan di setiap desa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Grebeg besar dengan rangkain kegiatan tumpeng Sanga, ancak-an, kirab prajurit patang puluh, penjamasan dan pasar rakyat yang dilaksanakan setiap bulan dzulhijah atau bulan besar.

Kali ini kita akan membahas kegiatan apitan menurut penanggalan, tradisi sedekah bumi dilakukan dengan runtutan acara yang sederhana namun memiliki makna yang filosofis. Setiap prosesi upacaranya juga dilaksanakan dengan meriah bersama masyarakat yang ikut andil didalamnya.

Tradisi sedekah Bumi biasanya ditandai dengan pergelaran wayang lengkap tanpa ada anggota yang dilewatkan. Selain wayang juga ada yang menggelar seni budaya ketoprak seperti di Munteran Kedungori Dempet. Desa Mranak di Kecamatan Wonosalam juga unik dengan mementaskan tayup sebagai kearifan budaya lokal yang beda dengan daerah lain.

Tradisi Apitan adalah tradisi sedekah bumi yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Demak setiap satu tahun sekali. Nama Apitan sebenarnya diambil dari nama bulan Apit, yaitu bulan sebelum Bulan Besar dalam penanggalan Jawa.

Apitan atau sedekah bumi sebagai ikhtiar masyarakat Demak dan doa serta rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah ditahun lalu. Juga harapan semoga ditahun ini terhindar dari musibah dan marabahaya serta diberikan hasil bumi yang melimpah pula. (Dinpar/Eza)

Leave a Reply